Kamis, Desember 19, 2013

Teori-Teori Ilmu Jiwa dan Ilmu Bahasa

Teori-Teori Ilmu Jiwa dan Ilmu Bahasa

            Jika dilihat dari segi teori ilmu jiwa, Mazhab Behavoirisme banyak diterapkan pada pendidikan jenjang SD dab SMP. Dalam hal ini guru sangat dominan karena dialah yang memilih bentuk stimulus, memberikan ganjaran dan hukuman, memberikan penguatan dan menentukan jenisnya, dan dia pula yang memilih buku, materi, dan cara mengajarkannya, bahkan menentukan bentuk jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada pembelajar. Mazhab ini juga tidak mempedulikan psikologi siswa dan hanya terpaku pada hasil pembelajaran. Teori ini meyakini bahwa lingkungan berpengaruh, yaitu dengan terus menerus memberikan materi-materi, kegiatan latihan, dan drill akan menghasilkan kemampuan yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya. Memang cukup tepat menerapkan mazhab ini pada jenjang SD dan SMP karena mental mereka lebih cocok untuk menerima mazhab ini. Namun, hal ini akan membuat siswa menjadi pasif karena siswa hanya akan merespon jika ada stimulus. Akhirnya siswa pun tidak bisa mengembangkan dirinya sendiri.
            Sedangkan Mazhab Kognitive seringkali diterapkan di pendidikan jenjang SMA dan Universitas. Pada jenjang SMA mulai memperhatikan kondisi psikologi siswa, tidak lagi berpusat pada eksternal namun internalnya. Berbeda dengan mazhab Behavoirisme, mazhab ini lebih mengutamakan pada proses pembelajaran bukan hasil pembelajaran. Pada mazhab ini pembelajar dituntut untuk aktif sehingga tercipta interaksi lingkungan. Walaupun keaktifan pembelajar cenderung lebih terlihat pada jejang Universitas daripada SMA, tetapi setidaknya pada jenjang SMA sudah mulai membiasakan siswanya aktif sehingga siswa pun dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Bisa dikatakan pada mazhab ini tidak lagi berpusat pada guru namun berpusat pada siswa. Mazhab ini memang sesuai digunakan pada jenjang SMA dan Universitas karena mental mereka sudah cukup untuk mengeksplorasikan diri dan berperan aktif dalam pembelajaran.
            Adapun Mazhab Nativisme atau Humanisme jarang digunakan. Hal ini mungkin karena mazhab ini berpandangan bahwa karakter atau watak siswa sudah terbentuk atau ditentukan sejak lahir sejak lahir. Sehingga lingkungan kurang berpengaruh dalam pembelajaran.
            Jika dilihat dari segi teori-teori ilmu bahasa, aliran Struktural yang dipelopori Swiss Ferdinand de Saussure cenderung lebih banyak digunakan di jenjang SD dan SMP. Dalam aliran ini gurulah yang menjadi peran utama. Guru memberikan latihan yang kemudian dihafal dan diulang secara intensif. Aliran ini juga lebih memberikan perhatian besar kepada wujud luar dari bahasa, yaitu: pengucapan yang fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang benar, dan sebagainya. Aliran ini sejalan dengan mazhab Behaviorisme dan menjadikan Audiolingual sebagai landasan dalam pengajaran bahasa.

            Sedangkan aliran Generatif-Transformasi lebih sering digunakan dalam proses pembelajaran pada jenjang SMA dan Universitas. Dalam aliran ini kemampuan berbahasa tidak hanya diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan, melainkan beranggapan bahwa kemampuan berbahasa adalah sebuah proses kreatif. Sehingga pembelajar tidak hanya berpaku pada apa yang diberikan guru namun pembelajar bisa berkreatif dalam mengasah kemampuan berbahasanya. Pembelajar juga bisa mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunikatif yang sebenarnya, bukan hanya sekedar menirukan dan menghafal. Aliran ini sangat tepat diterapkan pada jenjang SMA dan Universitas, karena itulah aliran ini lebih banyak diterapkan pada jenjang tersebut. Pembelajar tingkat SMA dan Universitas lebih memungkinkan untuk mengkreatifkan diri. Dapat dikatakan aliran ini sejalur atau sejalan dengan mazhab Kognitif yang lebih memusatkan pada internal bukan eksternalnya. Aliran ini lebih memandang kondisi psikologi pembelajar sehingga pembelajar dapat mengembangkan potensinya dengan baik.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About