Kamis, Februari 06, 2014

FEATURE

Segudang Unek-unek pun Tersampaikan
Oleh: Isma Az-Zaiinh

“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Di bawah lampu temaran aula putra dan putri, kata bijak itu dilontarkan Bu Lurah Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah dalam acara ‘Sharing-sharing with Pengurus’ pada Rabu malam (05/2).
Menurutnya setiap tempat mempunyai aturan masing-masing. Tak terkecuali Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah yang menyuguhkan sederet peraturan untuk para santri guna ditaati, bukan dilanggar. Entah itu peraturan tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Demikianlah kiranya makna dari peribahasa yang ia sampaikan di awal acara tersebut.
Melalui acara ini pengurus bermaksud menciptakan sebuah wadah untuk menampung unek-unek seluruh santri. Dengan begitu pengurus akan lebih tahu apa keinginan santri dan bisa memikirkan pemecahannya serta merealisasikannya. Selain itu dengan adanya acara ini juga diharapkan antarsantri dan pengurus dapat lebih saling mengenal dan memahami sehingga tidak tercipta kesenjangan melainkan kekeluargaan yang kental.
“Acara ini bagus. Bisa saling berbagi unek-unek, lebih memahami antar pengurus dan santri.” ucap Umi, mahasiswi PKK Tataboga, kala ia ditanya pendapatnya mengenai acara tersebut. Rupanya ia mempunyai pemikiran yang sejalan dengan tujuan awal diadakannya acara ‘Sharing-sharing with Pengurus’.
Berbeda dengan Umi, Miss X (nama samaran), menyebutkan bahwa acara ini terlalu menyita waktu karena kurang dikonsep dengan baik sejak awal. Ia juga mengatakan harusnya para santri diberi pemberitahuan dulu jadi sudah menyiapkan apa yang akan disampaikan. Selain itu hendaknya pertanyaan ditampung kemudian dikelompokan yang sama baru dijawab secara langsung agar tidak terjadi pengulangan pembahasan unek-unek yang sama. Ia juga menambahkan hendaknya waktu dibatasi setiap pembahasan unek-unek perkamar.
Terlepas dari pendapat Miss X, acara ‘Sharing-sharing with Pengurus’ tersebut berjalan cukup lancar. Tepat pukul 20: 15 acara pun dimulai dengan diawali penyampain unek-unek dari kamar Ar-rahman dan dilanjut tanggapan dari para pengurus. Begitu seterusnya hingga setiap kamar mendapat kesempatan untuk menyampaikan unek-uneknya. Pembahasan demi pembahasan terus mengalir seiring jarum jam yang tak berhenti berdetik. Seumpama air yang memancar setelah sekian lama tersumbat.
Setiap departemen pengurus pun mendapat masukan-masukan yang terlontar dari para santri. Di antaranya mengenai sistem penggembokan yang kurang efektif, piring yang menumpuk di gedung barat, peralatan KLH yang kian menghilang, jam malam yang tak diindahkan, presensi malam yang sering terabaikan, takziran untuk denda kepulangan, sikap pengurus yang kurang menyenangkan, salat jamaah yang sering ditinggalkan, presensi Bandongan yang menimbulkan ketidakjelasan, lorong dan rak sepatu yang berantakan, hingga werog yang tak absen untuk berkeliaran.
Semakin malam pembahasan semakin dalam dan memanas. Terlebih kala ada santri yang turut menyanggah tanggapan dari pengurus.
“Seharusnya dibuat tim khusus buat werog” ucap Intan, mahasiswi semester 4 Program Pascasarjana UNNES yang membuat seisi aula gempar dengan gelak tawa para santri. Setidaknya hal ini mampu meredam suasana yang kian memanas.
Sebagaimana harapan para santri yang lain, Suci, Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Arab ini berharap dengan diadakannya acara ini akan menghasilkan solusi atau kebijakan baru yang enak bagi pengurus maupun santri.
Berbeda dengan Suci, Intan berharap pengurus bisa lebih memperbaiki diri, yakni menjadi tauladan bagi santri lain. Selain itu ia juga berharap seluruh santri Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljama’ah bisa lebih memiliki kesadaran untuk menjaga kebaikan pondok dan tidak mengedepankan keegoisan tetapi menjalin kekeluargaan.

Jarum jam menunjukan waktu pukul 23: 46 kala acara ini ditutup dengan pembacaan doa bersama. Terlihat satu persatu santri bangkit dengan raut muka yang sedikit menahan kantuk.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About