Rabu, Oktober 28, 2015

Masih Tentang Rindu

Kendal, 28 September 2015
“Masih Tentang Rindu”
Isma Az-Zaiinh

Masih tentang rindu
Kumenyukai rindu ini
Rindu yang kusampaikan dalam sunyi temaram
Dalam tengadah kedua telapak tanganku
Dalam bulir bening yang menggantung dipelupuk
Dalam buncah rasa yang tak pernah usai
Kumenyukai rindu ini
Rindu yang tertawan
Dalam jeruji penantian
Rindu yang hanya terucap
Hanya kepada Sang Pemilik Rindu
Rindu yang membuatku lebih memilih merinduMu
Menahan rindu, melawan temu
Entah,
Berapa kata yang kurangkai
Berapa tinta yang kugores
Berapa tetes air mata yang terurai
Tetap saja
Rinduku tak terkikis
Rinduku takkan habis


RINDU

Kendal, 22 Oktober 2015
“RINDU”
Isma Az-Zaiinh

Rindu mengajarkanku tentang sulitnya sebuah pilihan
Rindu mengajarkanku akan arti sebuah penyesalan
Rindu pun mengajarkanku dalamnya makna sebuah perpisahan
Perpisahan yang menghantarkanku pada gerbang kehampaan
Hilang,

Ku lebih memilih kehilanganmu karena Allah
Karena aku tak mau kehilangan Allah karenamu
Dan tidakkah kau tahu?
Kuhanya ingin menenangkan hati
Yang justru kumembuatkan kian tak tenang
Ku ingin menjaga hati,
Hanya untuk hati yang terjaga

Dan dari balik gerimis
Rindu dan benci saling bersandingan
Mencari celah kedamaian

Ah, cinta memang butuh kesedihan

Bilakah Rindu

Kendal, 8 Oktober 2015
“Bilakah Rindu”
Isma Az-Zaiinh

Bukankah spasi yang membuat bermakna pada antar kata?
Seperti jarak dan waktu yang menumbuhkan rindu
Bilakah rindu adalah kata yang paling sulit untuk kuurai?
Bilakah rindu adalah batas ruang tuk kita bertemu
Serupa malam yang mungkin terlalu mencintaiku,
Hingga ia enggan melepasku terlelap
Bilakah rindu adalah rasa sakit yang tak bermuara
Maka penuhilah ia hanya padaMu
Bila rindu serupa pelangi
Membiarkanku meramu warna
Bertanya dalam hati,
Dalam gemuruh yang tak mampu kunamai
Entah warna apa yang akan kulukiskan hari ini?
Ah, sayang
Warna kita tak pernah sama

Warna kita tak bisa sama

Hidupku adalah hidupku

23 Oktober 2015
“Hidupku adalah hidupku”
Isma Az-Zaiinh

Aku tahu, aku bukanlah siapa-siapa
Aku tak seperti kau
Aku pun tak seperti dia
Biarkan
Biarkan aku begini
Tak usah kau peduli
Tak usah kau cercai
Aku pun ingin bahagia       
Dengan tak memikirkan apa katamu
Apa katanya
Apa kata mereka
Biarkan
Biarkan aku begini
Hidupku adalah hidupku


Jumat, Januari 23, 2015

"كن مع النّاس كأن لا النفس كن مع الله كأن لا النّاس"

"كن مع النّاس كأن لا النفس كن مع الله كأن لا النّاس"
“Jika kau sedang berhadapan dengan manusia jadilah seolah-olah tak ada nafsu dan jika kau sedang berhadapan dengan Allah jadilah seolah-olah tak ada manusia”

Kita sering dibingungkan dengan tiga pertanyaan, siapakah orang yang paling penting? Kapan waktu paling penting? Dan apa hal yang paling penting?
Orang yang paling penting adalah orang yang ada dihadapan kita. Saat kita sedang berhadapan dengan seseorang singkirkanlah apa yang menjadi nafsu kita, prioritaskan dan anggaplah penting siapa yang sedang ada dihadapan kita. Begitu juga dalam mendidik, prioritaskan apa yang menjadi orientasi siswa didik kita, pahami apa yang mereka butuhkan, layani mereka dengan setulus hati dengan mengesampingkan kepentingan kita. Jadikanlah mereka objek terpenting yang menjadi pusat perhatian kita. Masuki dunia mereka, sehingga tidak ada lagi bidang studi yang sulit, semuanya menyenangkan dan tak terlupakan seumur hidup. Matematika sulit? Itu mitos! Bahasa Inggris sulit? Juga mitos, dan lain-lain. Bukankan bidang studi itu semuanya sama, yaitu butiran-butiran informasi yang disampaikan oleh guru kepada para siswanya. Posisikan siswa didik sebagai raja, ciptakan kondisi bahwa mereka membutuhkan sebuah informasi dan guru adalah pemberi informasi. Karena pada hakikatnya profesi menjadi guru bukanlah profesi untuk mencari uang tetapi mengajar, memberi kepada yang membutuhkan.
            Waktu sebenarnya terbagi menjadi tiga, kemarin, sekarang, dan esok. Seringkali kita terjebak antara dua waktu, kita sibuk menyesali hari kemarin dan sibuk berangan-angan akan hari esok hingga kita terlupa bahwa waktu paling penting adalah sekarang. Jika kamu ingin melakukan kebaikan lakukankah sekarang jangan menunggu esok atau terpaku dengan hari kemarin karena waktu yang telah lalu takkan kembali dan hari esok masih rahasia bagi kita.
Hal terpenting adalah ada pada waktu sekarang bersama orang yang ada dihadapanmu. Dalam mengajar fokus apa yang menjadi pembahasanmu saat itu juga. Jangan sibuk memikirkan diluar apa yang mnejadi kepentingan orang yang didepanmu. Berikanlah apa yang siswa butuhkan karena mereka cenderung lebih tertarik dengan hal yang ingin ia tahu dari pada apa yang kita sampaikan namun mereka tidak ingin tahu. Apa artinya, artinya kita itu dianjurkan untuk profesional, profesional dalam mengajar bahkan dalam hal apa pun. Totalitas dalam mendidik seseorang, berikan yang terbaik, berikan apa yang paling mereka butuhkan, berikan apa yang mereka ingin tahu. Dengan ini mereka lebih mudah menangkap ilmu yang kita sampaikan dan lebih membekas. Imu tersebut tidak hanya sampai ke telinga dan mata namun sampai ke hati sehingga mereka bisa langsung mengaplikasikannya.
Pengajar yang baik memiliki rasa cinta yang dalam dan kaya. Dia tidak hanya cinta pada siswa, pada anak-anak, pada mata pelajaran yang diajarnya, tapi secara mendasar dia cinta pada apa yang dia sedang dan senantiasa lakukan sebagai guru/pengajar. Dari cintanya pada peran yang dijalaninya dan keyakinan akan dampak dari kiprahnya terhadap segmen kehidupan siswa di masa sekolah, guru yang baik menjadi lebih konsisten dalam mencontohkan perilaku yang baik kepada siswanya.
Allah Swt dalam al-Quran menegaskan bahwa apa saja yang kita katakan harus kita amalkan. Demi mendidik fitrah manusia, Allah Swt memperkenalkan Nabi Muhammad Saw sebagai teladan terbaik. Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-Ahzab: 21) Allah Swt menyebut pribadi Rasulullah Saw sebagai teladan terbaik agar manusia terdorong untuk mengikuti perilaku beliau. Nabi Saw sendiri menyebut tujuan pengutusannya untuk mendidik akhlak manusia. Beliau bersabda, "Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Karang

3 November 2014
“Karang”
Isma Az-Zaiinh

Sajakku telah hilang
Bersama tempias buih yang memecah sunyi
Bergeming,
Dalam buncah pasang
Menghantam,
Perih dan membuatku kian ringkih

                   Sajakku telah pudar
                   Jatuh meluruh terseret batas tak bermuara
                   Butir tetes keteguhan sia-sia
                   Lebur dalam jelaga samudera

Kataku kian mengambang
Menemukannya terputus ruang hampa
Pendar tak bergelombang
Tertahan,
Dan hilang

Kataku tersekat aral
Seriring mega yang tak lagi merona
Horison semu tak bisa menipu
Hanya pekat malam,
Membuatnya terlihat bersatu

Sajakku menemui batas asa
Biarlah bergeming
Meski debur itu menghantam bertalu-talu
Mengikis luka,
Menambah lara,
                   Kau akan menemukannya bergeming,
                   Dan akan tetap bergeming
                   Sungguh
                   Hanya kepada yang teguhlah,

                   Ia akan luruh...
 

Blogger news

Blogroll

About