Minggu, Maret 09, 2014

Al-Habib Qasim bin Husain al-Atthas (khadim Guru Mulia ketika di Darul Musthafa), menceritakan kejadian yang beliau dengar langsung dari lisan al-Habib Muhammad bin Umar bin Hafidz (putera Guru Mulia).



Al-Habib Qasim bin Husain al-Atthas (khadim Guru Mulia ketika di Darul Musthafa), menceritakan kejadian yang beliau dengar langsung dari lisan al-Habib Muhammad bin Umar bin Hafidz (putera Guru Mulia).

Satu waktu, kurang lebih sebulanan yang lalu, murid al-Habib Umar bin Hafidz di Bruthonia Inggris membuat acara semacam seminar dalam satu gedung berkapasitas 3.000 peserta yang kesemuanya dari kalangan profesor, doctor dan kalangan terpelajar namun kesemuanya beragama non muslim.

Seperti biasa sebelum berceramah Guru Mulia terlebih dahulu membaca Ratib al-Atthas, Maulid adh-Dhiyaul Lami’ yang telah ada terjemahan bahasa Inggrisnya. Di saat mahallul qiyam (berdiri di tengah pembacaan maulid Nabi Saw.), semua ikut berdiri dan hampir semua peserta menangis.

Selesai pembecaan maulid Nabi Saw., Guru Mulia al-Habib Umr bin Hafidz pun memberikan ceramah. Akhirnya ceramah usai dan Guru Mulia keluar dari gedung hendak menuju ke mobil.

Sesampainya di mobil, ternyata murid al-Habib Umar dari pihak crew event tersebut meminta beliau untuk masuk kembali karena katanya jamaah di dalam gedung masih belum puas mendengar ceramah Guru Mulia. Akhirnya Guru Mulia balik lagi ke gedung tersebut.

Setelah beliau naik panggung, beliau bertanya ke seluruh peserta seminar: “Kenapa kalian memanggilku kembali?”

Jawab peserta: “Kami ingin masuk Islam, mengucapkan syahadat melaluimu.”

Subhanallah, tidak kurang dari 2.900 peserta masuk Islam.

Kau-Aku


2 Maret 2014

“Kau-Aku”
Isma Az-Zaiinh

Pernah kuterperangkap benderang
Mentari pun luput dari ingatan
Lama kuterpenjara pekat malam
Hingga kudamba terang pencahayaan
Tenggelam
Selaksa kerlip tak kuhiraukan
Karena kutahu,
Semakin pekat malam kumendekati siang
Tak serupa elegi lalu
Hadir lebih awal dari kata fajar

          Katakan kau adalah cahaya
          Hingga tiba-tiba saja telah bersemayan di dada
          Katakan kau adalah ombak samudera
          Yang kulari dan datang padamu jua
          Katakan kau adalah apa pun saja
          Lisan ini tak habis memuja

Aku adalah sinar silau pancaranmu
Bayang-bayang lembut mentarimu
Pekat pasrah terangmu
Aku adalah lekuk garis hurufmu
Rangkaian kata maknamu
Titik-titik kalimatmu
K-A-U
Aku,
Mencintaimu...

Hadirmu


21 Februari 2014
“Hadirmu”
Isma Az-Zaiinh


Bilakah hadirmu serupa mentari
Semakin mendekat ku akan terbakar

Bilakah hadirmu serupa pelangi
Harus bersua gerimis sebelum kumemandang

Bilakah hadirmu serupa malam
Yang dalam pekatnya kunanti siang

Bilakah hadirmu serupa embun
Hanya dalam dingin kumampu berjumpa

Bilakah hadirmu serupa bintang
Berharap meski tak pernah tergapai

Bilakah hadirmu serupa cahaya
Menuntun dalam gelapku

Bilakah hadirmu serupa angin
Berkelebat tanpa mampu kulihat

Bilakah hadirmu serupa udara
Kau ada disetiap helaan nafas. . .

Bilakah itu hadirmu?
 

Blogger news

Blogroll

About