Selasa, Oktober 22, 2013

Ketukan Hidayah-Mu

Ketukan Hidayah-Mu

 “Yaa banii Aadama qod anzalnaa alaikum libasan yuwaarii sauaatikum wariisyan...(Al-A’raaf: 26)” Untaian ayat-ayat yang ia eja dalam pejaman mata terhenti seketika kala sampai pada sepenggal ayat itu. Ayat itu membawa ingatannya pada memori silam. Kala ia berada dalam kebimbangan yang mengguncang jiwanya.
            “Hey, ko ngelamun sih?”
            “Eh, nggak ko Ra. Emm, pulang yuk.”
            “Hmm, udah jam segini, aku sholat dulu ya, takut sampe rumah nggak sempet.”
            “...” Tak ada jawaban.
            “Ra, tuh kan ngelamun lagi.”
            “Eh, i, iya. Jangan lama-lama ya.” Ucap Zahra tergagap.
            “Kenapa tuh anak, setelah ikut pengajian tadi ko jadi pendiem gitu ya. Apa ada yang salah dengan apa yang tadi disampaikan ustadz Syahdan?” Ucap Naila membatin.
###
            Ia buka jendela kamarnya. Seketika angin malam datang menyerbu membelai wajah dan rambutnya yang panjang bergelombang. Ia pejamkan mata dan entah kenapa pikirannya tertumbuk pada sebuah ucapan dari ustadz Syahdan.
 "Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab: 59 .... Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ...." Ucapan yang ia dengar dalam sebuah kajian yang pertama kali ia ikuti selama dua tahun menduduki bangku di SMA.
             Sebenarnya ia pun ingin berjilbab. Ia ingin seperti Naila, teman sebangkunya. Di matanya ia sangat anggun, baik, dan banyak disukai orang. Itulah kenapa ia beranikan diri hadir dalam sebuah kajian rutin di sekolahnya yang diisi oleh ustadz Syahdan, salah satu guru di sekolahnya.
            “Dalam surat An-Nuur: 26 Allah pun berfirman: wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) ....” Kembali kata-katanya terngiang-ngiang di benak Zahra.
            “Apakah ia termasuk salah satu dari wanita keji itu? Ucapnya membatin. Mendung kini terlihat di balik kelopak matanya yang sayu. Segaris gurat pun terlukiskan di keningnya yang tak berponi. Benar. Hatinya sedang bergejolak sekarang.
“Dan Rasulullah pun pernah berkata dalam sebuah riwayat Bukhari dan Muslim. Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya.” Ucapan yang ia dengar siang tadi kembali berkelebat menampar benak dan hatinya.
“Aaaaa....” Jeritnya sambil berlari menubruk ranjangnya. Ia tarik selimut yang sedari tadi terlipat rapi. Ia tutupi seluruh tubuhnya sambil menggigil ketakutan. Keringat dingin bercucuran. Gurat di dahinya kini tak lagi segaris namun membentuk lekuk-lekuk seperti gelombang.
            “begitu hinakah diriku? Hina. Bisakah aku berubah? Yah, aku harus berubah. Aku harus berjilbab. Tapi..., tapi tidak sekarang. Nanti. Nanti saat aku telah benar-benar siap. Aku berjanji.” Ucapnya dalam hati yang masih bergemuruh menahan gejolak perang di hatinya.
###
Bruukkkk....
            “Ya Allah, Zahra...., Zahra bangun Nak....” Jerit ibu Salamah dengan mendapati anaknya terkapar di depan pintu kamar mandi. Dengan cucuran air mata dan desahan istighfar yang tak henti-henti sang ibu memeluk erat anaknya kala hendak membawanya ke rumah sakit.
            “Bu...” Ritih gadis berambut panjang itu.
            “Ya Nak, Ibu di sini Nak.” Ucap sang ibu sambil menyeka air matanya yang semakin deras.
            “Sabar Nak, kamu akan sembuh.” Tak kuasa ia melihat anaknya. Lehernya terputar 90 derajat dan tidak bisa ia gerakan. Mulutnya mencong ke kiri. Padahal sebelumnya ia baik-baik saja.
            “Ya Allah, apa salahku? Apa dosaku? Kenapa aku seperti ini?” rintihnya dalam hati. ia merasa berada dalam ujung jurang yang menganga. Langit begitu kelam ditambah kelebat kilat yang berkejaran. Angin bertiup begitu kencang seolah semua sedang mendorongnya masuk ke jurang itu. Inikah ujung dari hidupnya? Haruskah ini menjadi akhir bagi hidupnya? Bahkan ia pun belum memenuhi janjinya.
            “Allah, jika aku tahu akan seperti ini. Aku takkan menunda untuk memenuhi perintahmu sebelum semuanya menjadi terlambat. Seharusnya sejak dulu aku memenuhi perintahmu. Seharusnya sejak dulu aku berjilbab.” Suara di hatinya meratap.
“Bu, A..ra ber..na..dzar Bu, ji..ka A..ra sem..buh, A..ra a..kan ber..jil..bab.” Ucapnya dengan tetes air mata yang jatuh luruh bersamaan dengan luruhnya sebongkah kerikil yang selama ini mengganjal di hatinya.
            “Iya Nak, kamu akan sembuh Nak, kamu akan sembuh.” Hibur sang ibu masih dengan cucuran air mata yang tak henti-henti.
            Malam semakin menampakkan pekatnya. Tak ada satu bintang pun yang mau menampakkan diri. Zahra dipapah ibunya turun dari mobil. Suara geledek roda dan derap kaki mengiringinya dalam pembaringan.
            “Ibu....” Ucap Zahra lirih saat ia telah sampai tepat di pintu masuk rumah sakit.
            “Zahra..., ka..kamu.”
            “Ara baik-baik saja Bu. Ara sudah baik-baik saja.”
            Benar saja. Ia sembuh kembali kesediakala. Lehernya tak lagi terputar dan mulutnya pun telah kembali normal. Bahkan seulas senyum ia suguhkan pada ibunya untuk menegaskan bahwa ia memang baik-baik saja.
            “Alhamdulillah Ya Allah.” Ucap sang ibu sambil memeluk anaknya. Kini air mata yang mengalir bukan lagi air mata kesedihan namun air mata kebahagiaan.
###
            “Subhanallah..., Araaa....” Jerit Naila kaget melihat sosok bergamis coklat dihadapannya. Sehelai jilbab krem bertengger membungkus wajah yang kini tersenyum manis kepadanya.
            “Bimbing aku ya..” Belum sempat Ara menyelesaikan ucapannya Naila telah menubruknya dan memeluknya erat.
            “Bimbing aku ya untuk menjadi khafidzah.” Bisik Ara kepada Naila.
 Kini kehidupannya pun berubah. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an telah menjadi temannya sehari-hari. Ia tidak mau lagi menunda-nunda untuk melakukan kebaikan. Ketukan hidayah itu telah merubah sang ulat menjadi kupu-kupu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About